Thursday, March 13, 2008

TORCH,"MEMATIKAN"

TORCH,"MEMATIKAN"



Infeksi pada kehamilan bisa membuat janin cacat atau mati. Berikut cara mencegah serta mengobatinya


Lewat surat, seorang ibu berusia 25 tahun dan telah 5 tahun menikah, mengeluh pada Redaksi mengenai kehamilannya yang selalu berakhir dengan keguguran. Menurut pemeriksaan dokter, di dalam darahnya terdapat infeksi toksoplasma dan CMV, yang rupa-rupanya menjadi penyebab janin tak bisa berkembang dengan baik.


Infeksi yang dialami si ibu, seperti dituturkan dr. Suharyanti, Sp.OG, dari RSPAD Gatot Subroto Jakarta, tak hanya bisa membuat keguguran tetapi juga bayi lahir dalam keadaan meninggal, lahir prematur, serta berbagai cacat bawaan yang sudah dapat diketahui saat kehamilan atau beberapa bulan atau tahun setelah bayi lahir. Sayangnya, sebagian besar infeksi ini tidak menunjukkan gejala klinis jelas pada ibu hamil. "Padahal, infeksi pada wanita hamil, 40 persen akan menyebabkan infeksi pada janinnya. Dan makin dini infeksi itu tertular pada janin, makin berat kerusakan/cacat yang dialami janin."



ANEKA INFEKSI


Salah satu infeksi yang sering terjadi pada ibu hamil dikenal dengan nama TORCH singkatan dari Toksoplasmosis, Other ( antara lain HIV, Sipilis, Klamidia, dll), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes. virus Mau tahu satu per satu?



* Toksoplasmosis


Adalah infeksi yang diakibatkan sejenis parasit Toksoplasma gondii yang biasanya ditemukan pada kucing. Manusia dapat terinfeksi kuman ini dengan tiga cara. Pertama, akibat memakan daging setengah matang atau makan buah-buahan, sayur-sayuran yang sudah dicemari oleh tinja kucing yang mengandung Oosit, dari ibu kepada bayinya (kongenital). Kedua, melalui penularan yang terjadi lewat transfusi darah. Ketiga melalui transplantasi organ.

Pada waktu pertama kali terinfeksi (infeksi primer), tubuh manusia akan membentuk IgM (Immunoglobulin M) sebagai reaksi terhadap masuknya benda asing ke dalam tubuh (antigen). IgM ini secara perlahan-lahan akan menghilang dalam waktu 1-24 bulan kemudian. Tapi ia bisa timbul lagi bila manusia terinfeksi kembali.


Setelah infeksi pertama tersebut, akan terbentuk IgG (Immunoglobulin G) yang merupakan suatu zat penangkis atau kekebalan tubuh. Juga merupakan protein dengan berat molekul besar yang menunjukkan bahwa tubuh kita telah terbentuk kekebalan.



IgG ini secara teoritis akan menetap di dalam tubuh, hanya saja kadarnya dapat naik-turun sesuai kondisi kesehatan. "Infeksi toksoplasmosis ini bisa menyerang siapa saja. Namun akan lebih serius masalahnya bila menyerang wanita yang sedang hamil. Ibu yang terserang toksoplasmosis, proses pembuahan serta pertumbuhan janinnya bisa terganggu. Infeksi ini dapat mengakibatkan abortus, lahir mati, cacat otak, kelainan mata atau pertumbuhan janin terhambat," kata Suharyanti.
Usia kehamilan saat infeksi terjadi merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Makin awal infeksi tersebut terjadi, maka makin parah dampaknya bagi janin. Namun risiko infeksi pada janin bertambah dengan berlanjutnya uisa kehamilan. Sebagai gambaran, ibu hamil yang terinfeksi pada trimester I, menyebabkan 17 persen bayinya terinfeksi. Sekitar 60 persen dari bayi yang terinfeksi ini mengalami toksoplasmosis berat dan 40 persen sisanya ringan. Sedang infeksi pada trimester II, menyebabkan 24 persen bayi terinfeksi. Dari jumlah itu 30 persen terkena toksoplasmosis berat. Kemudian infeksi pada trimester III, menyebabkan sebagian besar atau 62 persen bayi terinfeksi. Tapi tidak satu pun terkena toksoplasmosis berat. Jelasnya, semakin lanjut usia kehamilan terinfeksi, semakin kecil dampak yang ditimbulkan pada janin.

Sayangnya, sebagian besar kasus infeksi toksoplasmosis tidak menunjukkan gejala klinik. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah seorang ibu terinfeksi atau tidak, adalah pemeriksaan darah. "Pemeriksaan ini akan menunjukkan adanya parasit, yaitu Toksoplasma gondii. Bila wanita hamil terkena infeksi akut dengan toksoplasma (IgM positif), perlu dilakukan pemeriksaan IgA dan tes afiditas untuk memastikan apakah janinnya juga terinfeksi," tambah Suharyanti.


Perkembangan ilmu akhir-akhir ini telah memungkinkan untuk memeriksa adanya infeksi pada janin. Bahan pemeriksaan dapat diambil dari cairan ketuban, pemeriksaan contoh darah janin atau darah ibu. Pemeriksaan ini dapat juga dilanjutkan dengan USG secara berkala. Bila ibu atau janin terbukti terinfeksi, dokter dapat memberikan obat-obat antibiotik. Namun bila janin menunjukkan tanda-tanda kecacatan, seorang ibu dapat memutuskan, ingin meneruskan kehamilan atau tidak.


Untuk mencegah toksoplasma, terutama pada wanita hamil, sebaiknya jangan sekali-sekali membersihkan kotoran kucing atau hewan peliharaan lainnya tanpa sarung tangan. Bila perlu, mintalah bantuan orang lain. Jika Anda penggemar daging, masaklah hingga matang. Cucilah dengan air yang mengalir semua buah-buahan, sayuran mentah (lalapan) sebelum dimakan.




* Others (HIV, Sipilis, Klamidia, dll)

HIV adalah virus yang diasosiasikan dengan penyakit AIDS dan infeksinya dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga virus infeksi lain dapat masuk. Sampai sekarang belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV. Virus HIV ditularkan melalui darah atau selaput lendir. Hal ini biasanya terjadi khususnya pada mereka yang menggunakan obat dengan suntikan, melakukan anal sex, dan orang yang berganti-ganti pasangan yang melakukan aktivitas seksualnya tanpa pelindung.


Seorang ibu yang terkena HIV, dapat menularkan virus tersebut kepada janinnya (risikonya hingga 30 persen). Jika janin terinfeksi, virusnya tidak akan berkembang paling tidak sampai berumur 8 bulan, dan bayi selanjutnya dapat bertahan hidup hingga umur 3 tahun. Penularan pada bayi dapat juga terjadi saat melahirkan. Oleh sebab itu, bila bayi tidak terinfeksi, namun sang ibu positif HIV, operasi Caesar dapat menjadi pilihan.


Infeksi lainnya, seperti sipilis, klamidia, dan mikoplasma, dapat terinfeksi melalui hubungan seksual atau dari lingkungan, terutama lingkungan yang tidak bersih. Janin pun dapat tertular jika ibu yang sedang hamil tidak waspada terhadap virus-virus ini. Pemeriksaan dini pada awal kehamilan, sangat membantu untuk dicari penanganan selanjutnya oleh dokter.


* Rubella (Campak Jerman)


Penyebabnya virus Rubella. Penyakit ini tergolong ringan namun sangat menular. Biasanya menyerang anak-anak. Ditandai dengan timbulnya bintik-bintik merah pada kulit, pembesaran kelenjar getah bening dan khusus pada orang dewasa disertai nyeri pada persendian. Kejadiannya makin berkurang sejak ditemukannya vaksin Rubella (vaksin MMR) pada 1969. Jika infeksi ini muncul saat hamil dapat menyebabkan ketidaknormalan pada janin. Bisa mengakibatkan kebutaan/katarak, tuli, cacat jantung, bahkan keterbelakangan mental.


Untuk mencegah janin terinfeksi virus Rubella, ibu-ibu yang merencanakan kehamilan dapat melakukan vaksinasi Rubella dan melakukan tes darah, paling tidak 3 bulan sebelum kehamilan. Namun jika pada saat kehamilan bersentuhan dengan seseorang (biasanya anak kecil) yang mempunyai tanda-tanda atau sedang terkena flu, perlu dilakukan tes darah kembali.




* Cytomegalovirus (CMV)

Gejala terinfeksi CMV sama dengan seperti kena serangan flu biasa. Sumber infeksi CMV dapat berasal dari tenggorokan, ludah, lendir mulut rahim, sperma, urin (terutama pada anak-anak) atau melalui transfusi darah (meskipun sangat jarang terjadi)., dan tranplantasi organ. Akibat yang dapat ditimbulkan oleh infeksi CMV antara lain keguguran spontan, keterbelakangan mental, hidrosefalus, mikrosefalus (kepalanya kecil) dan lainnya.


Untuk mendeteksi apakah wanita hamil terkena infeksi CMV, serangkaian tes dapat dilakukan untuk melihat apakah janin sudah tertular atau belum. Misalnya lewat pemeriksaan Imunoglobulin M (IgM), CMV kultur atau biakan virus CMV untuk membantu menemukan diagnosa yang lebih tepat dari virus ini.




* Herpes Simplek Virus (HSV)

Penyakit ini menular melalui hubungan seksual dan biasanya ditandai dengan bintil-bintil kecil berisi cairan kemerahan dan sakit pada alat kelamin . Bila wanita hamil terinfeksi, sangat jarang bayi yang sedang dalam rahim dapat tertular. Tapi tak tertutup kemungkinan, infeksi tertular pada bayi karena gesekan dengan alat kelamin ibu pada saat melahirkan. Dalam kasus ini, operasi Caesar dapat menjadi pilihan.


Jika bayi terinfeksi, sistem sarafnya bisa rusak atau cacat. Ada juga bayi yang menjadi buta, karena kornea matanya terinfeksi HSV pada saat proses kelahirannya melewati jalan lahir ibu.


Santi Hartono. Ilustrasi : Pugoeh (nakita)



Membaca Hasil Pemeriksaan Torch


Menurut Dr. Judi Januadi Enjun, Sp.OG, dari RSPAD Gatot Subroto, hasil laboratorium memang seringkali mencantumkan angka dan istilah khusus yang seringkali tidak dimengerti awam.


"Adalah hak pasien untuk menanyakan hasil tes laboratorium yang menyangkut dirinya sampai dia paham benar. Kode Etik Kedokteran juga menyatakan dokter wajib menerangkan hasil pemeriksaan laboratorium kepada pasien yang bersangkutan," kata Judi.


Dengan memahami hasil tes tersebut, Anda dapat berdiskusi dengan dokter tentang semua kemungkinan dampak pada janin, sebelum mengambil keputusan untuk mengakhiri atau melanjutkan kehamilan.


Hasil tes yang semuanya menunjukkan indikasi negatif tentu saja melegakan. Menurut dokter Judi, yang perlu diwaspadai adalah bila IgM, Imunoglobulin M (reaksi badan yang sekarang sedang terinfeksi virus) menunjukkan angka positif. Hal ini perlu penanganan segera, dan melakukan kontrol secara rutin ke dokter. Bila dijumpai IgG, Imunoglobulin G (reaksi badan yang pernah terinfeksi virus) yang abnormal (lebih tinggi dari angka normal) sebaiknya pemeriksaan diulang lagi, tiga atau empat minggu kemudian.

















































































































JENIS PEMERIKSAAN



   HASIL



SATUAN



KETERANGAN



ARTINYA



 


 


 


Toksoplasma IgG



 


 


 


1:800



 


 


 


Titer IU/ml



 


 


-:Titer<100 (kadar tokso yang normal kurang dari 100)



 


Pasien pernah terinfeksi toksoplasma, dengan


kadar 800. Pasien dinyatakan negatif dari virus toksoplasma  jika hasil pemeriksaan menunjukkan angka <100



 


 


Toksoplasma IgM



 


 


-/negatif



 


 


-:Titer<100



 


~



 


Hasil ini menunjukkan tidak ada infeksi baru dengan toksoplasma saat ini.



 


 


Rubella IgG



 


 


102IU/ml



 


 


-:Cons<10



 



 


Hal ini menunjukkan pasien pernah terkena infeksi Rubella dengan kadar 102. Pasien baru dinyatakan negatif bila hasil lab. menunjukkan angka kurang dari 10.



 


Rubella IgM



 


-/negatif IU/ml



 


-:Titer<100



 



 


Saat ini, pasien tidak terinfeksi oleh virus Rubella



 


 



 



 



 



 



 


 


Sitomegalus virus tal



 


 


1:400 IU/ml



 


 


Titer<100



 



 


Dari hasil laboratorium diketahui pasien mempunyai antibodi terhadap virus sitomegalus sebesar 400.



 


Sitomegalus virus IgM



 


-/negatif IU/ml



 


-:Titer<100



 



 


Pada saat ini tidak ditemukan virus  sitomegalus



 



 



 



 



 



 


 


Herpes Simpleks I IgG



 


 


2.71/positif



 


 


<0.90= negatif



 


 


>1.10= positif



 


Pasien ini pernah terinfeksi dengan virus Herpes Simpleks tipe I, dengan titer antibodi 2.71



 


 


Herpes Simpleks I IgM



-


 


/negatif



 


 


<0.90= negatif



 


 


>1.10= positif


 



 


Pada saat ini tidak ditemukan virus herpes tipe I yang lokasinya di non-genital atau dikulit.



 


 


Herpes Simpleks II IgG



 


 


-/negatif



 


 


<0.90= negatif



 


 


>1.10= positif



 


Pasien belum pernah terkena infeksi virus herpes simpleks tipe II di derah genital.



 


 


Herpes Simpleks II IgM



 


 


-/negatif



 


 


<0.90= negatif



 


 


>1.10= positif



 


Pada saat ini pasien tidak terkena infeksi virus herpes simpleks tipe II.  



 


 


Klamidia Trachomatis



 


 


1.6 IU/ml



 


 


<0.90= negatif



 


 


>1.10= positif



 


Pasien terinfeksi dengan klamidia, 1.6. Hasil pemeriksaan lebih besar dari nilai standar yang adalah 1.10.



 


 


Mikoplasma Pneumonia



 


 


1.24 IU/ml



 


 


<0.90= negatif



 


>1.10= positif



 


Pasien terinfeksi ringan oleh mikroplasma pneumonia.



 


. Kesimpulan : Tanda pernah


 terinfeksi lampau dengan toksoplasma, rubella, herpes, dan klamidia. Anjuran : pemeriksaan dengan imunologi seluler


Kesimpulan : Tanda pernah terinfeksi lampau dengan toksoplasma, rubella, herpes, dan klamidia. Anjuran : pemeriksaan dengan imunologi seluler.

Comments :

3 comments to “TORCH,"MEMATIKAN"”

hi..
saya mau tanya...istri saya br test TORCH ....hasil nya HSV II igM positif 1,95...tp yang lain negatif..

apakah hsv bisa berdampak buruk utk bayi kami?dan bagaimana cara agar hsv itu bisa di hilangkan..?

istri usia kehamilan 6minggu...thx yah atas info nya

vincent said...
on 

Ada ahli pengobatan spesialis TORCH (tokso, rubella, cmv dan herpes). Beliau adalah Ir. H. A. Juanda. Ini alamat website beliau: www.spesialis-torch.com

Semoga bermanfaat.

Salam

tarbiyah2008 said...
on 

salam...
nama saya lia. kakak ipar saya saat ini sedang mengandung usia 8 bulan, dia sebelumnya pernah cek kandungan dan didiagnosa terkena sejenis jamur, tapi dokternya mengatakan tidak berbahaya. kemarin kakak ipar saya cek kandungan lagi ternyata dia positif mengidap torch.
saya melihat hasil foto scannya, bagian placentanya sudah ada yang bolong.kira2 apa dampak yang akan dialami oleh calon keponakan saya mau pun kakak ipar saya, berhubung ini juga sudah dekat waktu bersalinnya. terapi apakah yang paling baik buat kakak ipar saya pra bersalinnya?atas jawabannya,saya ucapkan jutaan terimakasih....

lia said...
on 

Post a Comment