SENDIRIAN MENGHADAPI KEHAMILAN
Sekalipun suami tak bisa mendampingi selama menjalani kehamilan, jangan biarkan segala macam emosi negatif mengganggu kita karena akan merugikan janin.
Cemas dan sedih, itulah yang kerap dialami oleh ibu-ibu yang terpaksa menjalani hari-harinya bersama sang buah hati di kandungan tanpa kehadiran suami tercinta. Terlebih pada kehamilan pertama, menurut psikolog Yati Utoyo Lubis, perasaan tersebut akan makin kuat terasakan. "Kalau kehamilan anak kedua atau ketiga, sih, si ibu sudah punya pengalaman. Jadi, ia sudah tahu apa yang bakal dihadapinya, hingga kecemasan itu tak begitu besar. Namun untuk kehamilan pertama, terlebih kehamilan merupakan suatu peristiwa penting dalam hidupnya, maka si ibu pasti memerlukan dukungan sosial, terutama dari suaminya."
Apalagi, kita tahu kehamilan membawa perubahan besar dalam diri si ibu. Bukan cuma perubahan fisik (tubuh yang makin membesar seiring tumbuh kembang janin), melainkan juga hormonal dan emosional. Padahal, perubahan hormonal yang terjadi akan sangat berpengaruh pada emosi si ibu, hingga ada kecenderungan ingin dimanja oleh suami tercinta selama kehamilannya. Nah, dengan tak adanya suami, tentulah kebutuhan itu tak bisa terpenuhi, hingga bisa menimbulkan kesedihan pada dirinya.
Apalagi, kita tahu kehamilan membawa perubahan besar dalam diri si ibu. Bukan cuma perubahan fisik (tubuh yang makin membesar seiring tumbuh kembang janin), melainkan juga hormonal dan emosional. Padahal, perubahan hormonal yang terjadi akan sangat berpengaruh pada emosi si ibu, hingga ada kecenderungan ingin dimanja oleh suami tercinta selama kehamilannya. Nah, dengan tak adanya suami, tentulah kebutuhan itu tak bisa terpenuhi, hingga bisa menimbulkan kesedihan pada dirinya.