Friday, April 4, 2008

ADUH, KAKI, KOK, PADA BENGKAK ?

ADUH, KAKI, KOK, PADA BENGKAK ?




Saat hamil bukan cuma perut yang "membengkak". Bagian tubuh lain pun, ikut-ikutan bengkak. Apa yang sebetulnya terjadi?




Dalam 2 bulan, Eny yang tengah hamil sudah dua kali membeli sepatu. "Habis, kakiku membesar, sepatu yang ada, nggak cukup lagi." Masalah harus beli sepatu, buat Eny bukan problem penting. Yang ia cemaskan, justru kenapa kakinya membengkak. "Bahaya, nggak, sih?" tanyanya.




Menurut dr. Bambang Fajar, Sp.OG dari RS International Bintaro, Tangerang, oedema atau odem alias kaki bengkak pada ibu hamil, bisa berbahaya dan bisa juga tidak. "Tergantung sebabnya." Nah, odem yang terjadi pada kehamilan, lanjut Fajar, "Bisa disebabkan karena faktor fisiologis maupun patologis."





FISIOLOGIS




Saat hamil, rahim yang membesar akan menekan pembuluh vena. "Padahal, vena berfungsi mengembalikan cairan darah ke arah jantung," terang Fajar. Awalnya, jantung bekerja memompa darah ke seluruh tubuh lewat arteri (pembuluh darah nadi), kemudian darah akan kembali lagi ke jantung lewat pembuluh darah vena. Karena kehamilan yang semakin membesar, otomatis pembuluh darah vena tertekan. Akibatnya, terjadi bendungan, sehingga darah tak bisa mengalir selancar biasanya.




Nah, alirah darah yang pelan itulah, yang membuat sebagian cairan akan keluar melalui rongga-rongga antar sel dan kemudian timbul bengkak. "Karena bendungannya terjadi pada vena, maka bengkak pun hanya terjadi di bagian bawah perut. Biasanya yang paling sering di bagian kaki dan ujung kaki."




MIRING KE KIRI




Odem bisa terjadi di sepanjang masa kehamilan. "Tergantung kapan terjadinya bendungan. Jika bendungan sudah terjadi di kehamilan trimester I, ya, bengkaknya sudah terjadi juga." Memang, kata Fajar, bengkak-bengkak tersebut biasanya baru muncul di usia kehamilan trimester II dan III.




Yang jelas, lanjut Fajar, tak semua perempuan hamil mengalami odem kendati di pembuluh darah venanya terjadi bendungan. "Mungkin karena bendungannya tak parah, jadi yang bersangkutan tak mengalami pembengkakan." Apa pun juga, "Tak usah kelewat cemas. Sifatnya hanya fisiologis. Nanti juga hilang sendiri setelah melahirkan, sebab bendungan sudah tak ada lagi."




Karena sifatnya fisiologis, bengkak ini pun tak bisa diobati. Paling si penderita dianjurkan untuk mengatur posisi kaki untuk mengurangi rasa tak nyaman. "Naikkan kaki dan saat tidur, ambil posisi miring ke kiri."



Walaupun terasa tak nyaman, Fajar menekankan agar penderita odem saat hamil tidak mengkonsumsi obat antibengkak. "Obat semacam iu umumnya berupa obat diuretika dan karena melewati plasenta, dikhawatirkan berpengaruh pada janin. Bayi

bisa mengkerut."




PATOLOGIS




Selain fisiologis, bengkak di kaki juga bisa disebabkan karena patologis. "Ini yang perlu diwaspadai karena mungkin saja bengkak itu terjadi oleh sebab keracunan, yaitu adanya pre-eklampsia." Pre-eklampsia yang masih ringan akan ditandai dengan tekanan darah yang meninggi, protein yang berlebihan dalam urin, pembengkakan, serta kenaikan berat badan yang cepat.




Sedangkan yang parah ditandai dengan tekanan darah tinggi yang terus meningkat dan kadar protein yang lebih tinggi lagi dalam urin, sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah urin. Selain itu, penglihatan pun menjadi kabur, perut terasa sakit atau panas, suka uring-uringan, sakit kepala, serta denyut nadi yang cepat.




Kecuali itu, bengkak karena pre-eklampsia tidak hanya terjadi di kaki, tapi akan terjadi pada wajah dan tangan. "Nah, kalau terjadi pembengkakan di wajah atau tangan, segera periksakan diri untuk mengetahui, penyebabnya patologis atau fisiologis."




Pre-eklampsia, lanjut Fajar, biasanya terjadi pada kehamilan trimester III dan harus segera ditangani agar tak meningkat menjadi eklampsia. "Eklampsia tak saja bahaya buat ibu tapi juga janin. Ibu bisa mengalami kejang-kejang hingga meninggal. Kalau sang ibu meninggal, bayi pun bisa mengalami nasib sama. Bisa juga mengakibatkan kelahiran prematur, gagal ginjal, dan kerusakan hati." Selain itu, jika aliran darah ke janin berkurang, bisa berdampak buruk, "Janin akan mengalami keterbelakangan perkembangan karena kurangnya aliran darah melalui plasenta atau kurangnya oksigen pada janin."




Pengobatan odem karena pre-eklampsia harus dilakukan untuk menghentikan agar tidak meningkat ke eklampsia, sekaligus demi keselamatan janin. Biasanya ibu diberi terapi anti-kejang dengan pemberian magnesium sulfat. "Terapi oksigen juga akan diberikan untuk mengurangi kekurangan oksigen pada janin akibat kejang tadi." Terapi lain adalah menjaga berat badan agar tidak meningkat secara cepat, pemberian obat antihipertensi, harus istirahat (bedrest), tidur dengan posisi miring, serta menjaga supaya bayi cukup bisa bertahan hidup.




DIET GARAM




Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, dokter akan terus memantau tekanan darah, berat badan, dan protein urin pasien. Agar ginjal kembali normal, ibu hamil harus menjalani diet tinggi protein (mengkonsumsi daging, ikan, telur, susu, dan kacang-kacangan), diet rendah garam natrium, rendah karbohidrat, dan perbanyak minum." Sedangkan diet rendah garam berguna untuk menghentikan kelebihan garam.



Perlu diketahui, kelebihan garam akan menyebabkan pengurangan air dalam ginjal karena natrium tidak keluar lewat ginjal. Natrium yang tertinggal di tubuh tadi, menyerap lebih banyak air dan air ditimbun di rongga antarsel tadi. "Alhasil, darah mengeluarkan lebih banyak tenaga ke dinding arteri sehingga tekanan darah pun

meningkat."




Tentunya bukan cuma garam dapur saja yang dibatasi. Konsumsi bahan makanan yang diolah menggunakan garam natrium pun sebaiknya dijauhi. Misalnya, produk makanan yang diawetkan dengan garam, juga bumbu-bumbu instan yang menggunakan garam dapur. "Umumnya dalam keadaan normal, kita mengkonsumsi garam dapur tidak lebih dari 7-15 gr per hari. Dalam keadaan odem, sebaiknya tak lebih dari 1-2 gr."




Selain itu, pasien diharapkan melakukan istirahat total di tempat tidur. Ini penting karena terlalu banyak bergerak akan meningkatkan gerak jantung. Peningkatan tekanan ini menyebabkan tekanan darah meningkat pula. Bila upaya istirahat total telah dilakukan tapi tekanan darah tetap meningkat di atas 160/100, "Pasien akan diberi magnesium untuk menghindari kejang."




Yang jelas, bila kondisi si ibu tak juga membaik atau bila keadaan jiwa si janin membahayakan, maka mau tak mau dokter akan melakukan upaya kelahiran dini. "Jadi, kalau dianggap lebih baik janin berada di luar, maka kehamilan akan segera diakhiri (dilahirkan segera). Entah dengan induksi kehamilan atau bedah Caesar."




Satu hal yang patut pula diingat, "Jangan pernah membatasi minum karena khawatir bengkaknya tambah besar. Justru ini bahaya. Bukannya sembuh, bisa-bisa malah terjadi dehidrasi." Tak perlu pula membatasi garam jika pembengkakan bukan disebabkan pre-eklampsia.




Di pihak lain, odem sebenarnya bisa juga terjadi karena penyakit hepar, liver, dan gagal ginjal. Jadi, wapada harus jalan terus. Rajinlah berkonsultasi ke dokter agar kehamilan berjalan lancar.



Indah Mulatsih . Foto : Rohedi (nakita)

Comments :

4 comments to “ADUH, KAKI, KOK, PADA BENGKAK ?”

dok, kalo pembengkakan di wajah pada masa nifas apa penyebabnya, tanda dan gejalanya, kapan terjadinya, cara deteksi dininya, penanganan medisnya, terus kalo wewenang dan asuhan bidanya bagaimana????

tria said...
on 

waduh...
susahnya jadi ibu hamil
tapi...
gimana dengan ibu hamil yang kerjanya harus berdiri terus misalnya karyawan toko???
soalnya saya pernah dapat studi kasus
bumil tm1 G2P10001 kakinya bengkak
itu patologis atau karena pekerjaanya sebagai karyawan??

adek said...
on 

kaki sama tangan saya bengkak............
tapi saya ga hamil???
truz...knpa yah?? sakit apa??

liliez said...
on 

segeralah periksakan kondisi anda, sebelum terlambat...
kadar gula dalam darah juga berpengaruh pada gejala itu..

yuwielueninet said...
on 

Post a Comment